Yo Brader Sister~
Gue kembali lagi dengan membawa sepucuk coretan untuk gue bagi kepada kalian semua yang kebetulan nemuin tulisan gue. Ok. Kali ini gue mau share kisah kucing gue. Sebut saja namanya Chaton alias Gimbul. Iya dia punya nama samaran dikarenakan akhir-akhir ini dia sering jadi buronan para kucing – kucing yang sudah tidak gadis. Praduga gue sekarang, gimbul pasti melakukan kesalahan fatal terhadap kucing – kucing tersebut. Kasihan mereka. Semoga buronan mereka cepat ketemu.
Alkisah gue mulai dari sekarang. Selesai. #abaikan.
Awal kejadian dimulai dari kedatangan seekor kucing kecil berbuntut panjang 2 kilometers. Berbulu lebat dan putih mulus layaknya salju. Melihat kucing tersebut, gimbul bukannya jatuh cinta melainkan ia malah menunjukkan taringnya dan mengeluarkan cakarnya lalu fitnes diatas genteng. Sejak kecil dia memang gue latih ngegym semacam fitnes. Sayangnya bukan lengan dia yang berotot. Melainkan perutnya buncit.
Usut punya usut, yang melihara kucing cantik nan mempesona tersebut tak lain dan tidak bukan adalah tetangga gue sendiri. Tetangga gue punya anak umur 2 tahunan. Anaknya kepengin kucing. Abis beli kucing yang dinamain “yupi” eh kucingnya digendongin mulu. Abis itu, tetangga gue beliin si yupi makanan instan.
Sayangnya, yupi malah sering makan makanannya si gimbul nasi campur ikan pindang favorit kucing gue. Bloonnya, biasanya gimbul itu bener – bener kaga mau buat berbagi. Lah ini giliran sama kucing kecil, dia mau aja berbagi dengan sukarela. Entah gara – gara dia kasian liat kucing kecil, jadi dia kasih semua makanannya biar yupi cepet gede atau... karena gimbul takut akan cakarnya yupi? Begitulah gimbul gue. Meski badannya kekar namun terkadang mentalnya sangat ciut. Disitu juga kadang gue ngerasain sedih :(
Dan dikarenakan makanan gimbul diabisin semua sama yupi, jadilah gimbul mecari pelarian makanan. Yaitu : makanan instan si yupi. Ketika itu seluruh keluarga gue ga ada yang ngerti gimana gimbul bisa dapetin makanannya yupi. Menurut kabar beredar di keluarga kami, makanannya si yupi itu udah disimpen tinggi – tinggi sekali sama tetangga gue. Tapi entah bagaimana gimbul tiba – tiba kepergok emak gue tengah mengacak – acak makanannya si yupi didapur.
Emak yang kaga ngerti itu makanan yupi pun membiarkannya saja. Tapi emak tak lantas lepas tangan, maksudnya membiarkan gimbul makan dikit, abis itu disimpen dah sama emak. Emak nyimpen makanan itu di dalem toples dan ditutup rapat. Soalnya, udah dua kali makanan itu disimpen sama emak di kulkas dan gimbul bisa buka! Sedih broh.
Menjelang maghrib, ketika seluruh personil keluarga pada kumpul kecuali kakak, emak menceritakan kejadian pencurian yang dilakukan gimbul dengan ekspresi bahagia. Gue ga ngerti, gimana bisa menceritakan tidak kriminalitas dengan ekspresi berbahagia. Emak juga ngasih liat tempat penyimpanan makanan gimbul. Adik gue yang paling kecil pun buru – buru ngasih makan gimbul. Dan gimbul makan dengan riang gembira.
Then, esoknya, kakak gue nyariin kerupuk di dapur. Dia yang ga ngerti apa – apa tentang makanan gimbul, dengan polosnya asal goreng di wajan. Merasa kerupuknya tidak bisa mengembang, kakak manggil gue. Sebagai pakar yang ahli dalam bidang masak memasak, gue pun mulai menganalisis.
Pertama – tama gue tanyain kakak, dia goreng dengan wajan apa panci, dengan minyak goreng atau oli, dan terakhir dengan batu bara atau api. Karena tidak ada masalah dengan itu semua, maka gue pun mengecek bahan yang digoreng kakak. Gue shock mengetahui kakak menggoreng makanan gimbul. Disinilah akhirnya terungkap. Kakak bengong. Dia ngira itu kerupuk mentah. Ok! Gue lantas mengambil makanan gimbul. Pertama gue ambil dari toples, bentuknya bulet kaya donat bolong tengahnya. Warnanya coklat dan sedikit ‘bau’.
Gue kasih liat ke kakak judul kemasannya tanpa gue baca terlebih dahulu.
“Ini bener makanan gimbul?” Tanya kakak gue mengangkat satu alisnya.
“Iya, dia nyuri kemarin. Ini makanan yupi sebenernya” kata gue.
“Tapi kok, tulisannya, MAKANAN AYAM PETELUR?”
“HAH???” gue baca bungkus kemasannya. Dan benar saja tulisannya makanan ayam petelur. Gue shock untuk kedua kali. Dan ternyata makanan ini tinggal seperempat bungkus. Itu artinya selain seperempat sisanya, gimbul udah memakan habisss!! Ok! Gue shock yang ketiga.
Serta merta, gue langsung ngaduin kejadian ini ke emak. Pertama, emak mencoba mencerna kata – kata gue. Kedua emak mulai berekspresi. Dan ketiga emak lari ke dapur karena gue bilang, gue lupa naroh makanannya tadi diatas meja begitu saja. Gue ngikutin emak ke dapur. Gue dan emak lihat gimbul ngabisin seperempat sisanya. Pupus sudah harapan. Gue elusin kepala gimbul. Gue jalanin hari setelah kejadian itu dengan was – was menanti saat – saat gimbul bakal bertelur.
This is the end of listening section. Eh. Ehm. Efek ujian nasional ~..~
Tuesday, April 21, 2015
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment
You can drop any comments you want.